"Partai koalisi kan mengajukan nama sendiri-sendiri. Kalau diambil satu, yang lain sakit hati. Itu pilihan terbaik SBY," kata Siswono Yudhohusodo dalam Leadership Mentoring Seassion di The Ary Suta Center, Jalan Prapanca Raya, Rabu (13/5/2009).
Anggota Dewan Penasihat Partai Golkar ini mengatakan, selama ini, komunikasi koalisi antar partai hampir selalu terbentur masalah cawapres. Dengan memilih cawapres di luar partai, diharapkan tidak ada rasa sakit hati dari partai-partai tersebut.
"Terlebih waktu sangat mendesak. Kita harus hargai pilihan SBY," kata pria yang pernah menjadi cawapres Amien Rais pada Pilpres 2004 itu.
Sementara itu mengenai pasangan yang lain yakni Jusuf Kalla (JK) dan Wiranto, Siswono enggan banyak berkomentar. Namun, Siswono memuji JK karena dirasa sukses menjadi wakil presiden SBY.
Namun sayang, JK dinilai tidak sukses menjadi Ketua Umum Partai Golkar. Hal itu terlihat dari berkurangnya suara Golkar pada Pemilu Legislatif 2009.
"JK itu hanya sukses menjadi wapres, tapi tidak ketua partai. Tak etis saya mengomentari, itukan sudah keputusan partai. Tak selamanya hidup selaras apa yang kita inginkan," kata Siswono.
Lalu apakah JK perlu mundur dari Partai Golkar karena suara Golkar turun signifikan? "Di Jepang, jika
suara partai turun 10 persen, maka ketua partai akan mengundurkan diri. Tapi di Indonesia malah maju jadi capres," kata Siswono.
"Apalagi ketika Partai Golkar mengajukan diri menjadi cawapres SBY, hanya calon tunggal. Itulah salahnya JK," pungkasnya.
0 komentar:
Posting Komentar